preloader

Kelas Politik Cerdas Berintegritas

Pada 3—7 Okober 2016, empat mahasiswa STH Indonesia Jentera—Aqmilatul Kamila, Martadina Yosefin Siregar, Siti Rahayu, dan Maryam—mengikuti Kelas Politik Cerdas Berintegritas (PCB) di Tangko In Resort, Cipanas. Kegiatan itu diselenggarakan oleh Organisasi Satunama yang bekerja sama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Pesertanya terdiri dari pelajar SMA dan mahasiswa universitas dari wilayah Jabodetabek, Yogyakarta, dan Semarang.
Kelas PCB dibentuk seperti halnya kegiatan pembelajaran di sekolah atau perkuliahan. Peserta disuguhkan materi dan dihadirkan pembicara yang berkenaan dengan tema kegiatan. Selain itu, metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah belajar sembari diskusi terbuka. Peserta diperkenankan mengeksplorasi wawasan dan pengetahuan melalui tulisan dan lisan. Bahkan, peserta juga dapat membidas, mengoreksi, dan menambahkan argumentasi untuk peserta lainnya.
Selama kegiatan dilaksanakan, terdapat sembilan materi yang dipelajari, yaitu Etika Integritas dan Korupsi; Demokrasi; Sistem Pemilu dan Kepartaian; Akuntabilitas Sosial; Politik dan Korupsi; Ekonomi Politik Korupsi; Pengelolahan Konflik Kepentingan; Korupsi dalam Perspektif Femenisme; serta Komunikasi Politik dan Penguatan Jejaring. Aqmilatul Kamila, salah satu mahasiswa STH Indonesia Jentera mengatakan satu sesi yang paling menarik baginya adalah Pengelolahan Konflik Kepentingan yang disampaikan oleh Abraham Samad selaku Komisioner KPK periode 2011—2015.
Menurut Abraham Samad, konflik kepentingan dapat disebabkan tidak profesionalnya seseorang dalam memangku jabatan dan tanggung jawab. Sikap tidak profesional tumbuh karena integritas yang buruk, sikap tidak objektif, dan kompetensi yang buruk. Pada akhirnya, sikap yang demikian membawa konflik kepentingan menjadi pintu gerbang bagi korupsi. “Penjelasan itu kemudian menggugah saya untuk lebih tegas dalam menanamkan nilai-nilai integritas pada kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai itu nantinya mengantarkan saya untuk membentuk sikap yang baik dan bertanggung jawab,” jelas Aqmilatul Kamila.
Tak hanya diberikan paparan berupa materi, kelas PCB juga memberikan wadah peserta untuk membangun relasi antarpeserta dengan latar belakang yang beragam, seperti hukum, sosiologi, akuntasi, filsafat, teknik industri, dan bahasa Arab. Keberagaman itu tidak menghalangi peserta untuk saling berbagi pengalaman masing-masing, terutama perihal kepemimpinan. Peserta saling mengulas sepak terjang dalam membangun, mendorong, dan mengerahkan sesamanya atas ketidakadilan yang terjadi di kampus. “Mahasiswa sudah seharusnya berperan aktif dalam ruang lingkup kampus,” hasil refleksi Aqmilatul Kamila. Seselesainya, peserta diharapkan dapat merencanakan kontribusinya bagi dirinya sendiri maupun lingkungan sekitarnya.