preloader

Baskara: Karya Seni yang Jujur Lahir dari Empati yang Besar

Musik merupakan medium untuk menyampaikan berbagai pesan, mulai dari perasaan pribadi sampai luapan kemarahan atas kacaunya pelbagai urusan publik. Ketika ruang untuk mengkritik kekuasaan dirasa semakin terbatas, penggunaan cara dan medium kreatif untuk ‘melawan’ merupakan sesuatu yang layak didukung dan dipertahankan. 

Menurut penyanyi dan penulis lagu Baskara Putra yang juga dikenal sebagai Hindia, karya seni yang jujur lahir dari empati yang besar. Baginya, musik adalah cara untuk membuat orang tahu bahwa ada kejadian yang mungkin tak mereka alami secara langsung, tetapi nyata dirasakan oleh banyak orang terdampak. Hal tersebut disampaikan Baskara dalam Kelas Inspirasi bertajuk “Musik sebagai Medium Keberpihakan” pada Selasa (20/5/2025) di STH Indonesia Jentera. 

Baskara juga berbagi pengalamannya dalam menciptakan karya-karyanya yang mengangkat isu politik, hukum, hingga HAM. Menurutnya, semua karya tersebut memiliki risiko tersendiri dan perlu menyiapkan langkah-langkah mitigasinya. “Dalam lirik-lirik yang memuat kritik sosial, konteks pesan sering disamarkan dalam metafora dan narasi yang jauh dari konfrontatif. Tujuannya bukan untuk mengaburkan makna, tetapi agar pesan tetap tersampaikan tanpa menimbulkan perkara,” ungkap Baskara.

Meski ada ketakutan, mengangkat isu sosial atau perjuangan para penyintas seperti trek Kamis dalam album Doves, ’25 on Blank Canvas yang berisi rekaman suara Sumarsih, ibu dari mahasiswa Universitas Atma Jaya Wawan yang tewas saat Tragedi Semanggi I, merupakan salah satu bentuk keberpihakan dan solidaritas. Baskara percaya bahwa cerita-cerita tersebut bisa hilang begitu saja, dan ketika itu terjadi, kelompok manapun akan berpotensi mengulangi kesalahan yang sama.  

Kelas Inspirasi merupakan kegiatan rutin STH Indonesia yang diisi oleh para individu yang berkiprah di berbagai bidang untuk berbagi pengalamannya ke mahasiswa Jentera.