Mahasiswa Sekolah Tinggi Hukum Indonesia Jentera mata kuliah Hukum Agraria melakukan kunjungan belajar ke Kampung Susun Akuarium pada Senin (12/5/2025) di Penjaringan, Jakarta Utara. Kunjungan belajar ini dilakukan untuk memahami lebih dalam soal teori agraria yang dipelajari di kelas dengan realitas di lapangan.
“Mahasiswa diharapkan dapat melihat langsung bagaimana konsep-konsep agraria diterapkan dan bagaimana konflik terkait pertanahan terjadi. Di Kampung Akuarium, mahasiswa dapat menganalisis hak-hak warga yang dilanggar dan kekuasaan lahan yang diperebutkan,” ungkap Siti Rakhma Mary, pengajar Hukum Agraria STH Indonesia Jentera.
Dalam kunjungan tersebut, mahasiswa Jentera diterima oleh Ketua Koperasi Akuarium Bangkit Mandiri Dharma Diani dan alumnus Jentera yang terlibat dalam pembangunan Kampung Susun Akuarium Gugun Muhammad. Ibu Yani—begitu ia biasa disapa—menceritakan peristiwa penggusuran paksa yang disertai dengan intimidasi aparat keamanan mengakibatkan banyak warga kehilangan tempat tinggal pada April 2016 silam. “Kami digusur tanpa adanya komunikasi dua arah dengan pemerintah. Pemerintah hanya memberi perintah bahwa lahan harus kosong, tanpa ada komunikasi dengan warga sama sekali,” ujar Ibu Yani. Selama penggusuran berlangsung, warga mengalami intimidasi dengan banyaknya pos polisi yang ditempatkan di sekitar kawasan dan larangan untuk berkumpul. Bahkan, dua hari sebelum penggusuran, listrik di Kampung Akuarium dipadamkan.
Gugun Muhammad menambahkan bahwa konflik yang terjadi di Kampung Akuarium bukan hanya mempermasalahkan hak warga atas tempat tinggalnya yang digusur. Tetapi cara pengelolaan pemukiman dan juga hak-hak warga atas penghidupan yang layak. “Tantangan terbesar adalah memberikan pemahaman kepada warga untuk saling membangun, bersama mewujudkan Kampung Akuarium,” ujarnya.
Selain belajar dari pengalaman warga Kampung Susun Akuarium, mahasiswa juga diajak berkeliling dan mengamati kondisi hunian Kampung Akuarium. Menurut mahasiswa STH Indonesia Jentera Devana Aura, warga Kampung Susun Akuarium ramah dan lingkungannya saat ini sudah cukup bersih. “Menariknya, mereka menanam sendiri berbagai pohon buah seperti jambu, sawo, anggur, dan lainnya, sehingga menambah kesan asri. Namun demikian, dari segi akses pendidikan, Kampung Susun Akuarium masih membutuhkan peningkatan agar dapat menunjang perkembangan masyarakat secara lebih merata.” ujarnya.
Cerita Ibu Yani dan warga Kampung Akuarium memberikan pelajaran bagi mahasiswa Jentera mengenai bagaimana konflik agraria terjadi dan dampaknya bagi masyarakat serta pentingnya menciptakan kebijakan yang memanusiakan manusia. Ibu Yani berharap apabila terdapat kasus penggusuran paksa di kemudian hari, mahasiswa STH Indonesia Jentera dapat terlibat dan membantu masyarakat terdampak. Di akhir kunjungan, Ibu Yani juga mengucapkan terima kasih atas keterlibatan alumni STH Indonesia Jentera yang memberikan bantuan pengetahuan hukum kepada warga dan mendampingi proses pembentukan Kampung Susun Akuarium.