preloader

Mahasiswa Jentera Menjadi Delegasi Indonesia dalam Transforming Education Summit 2022 di Amerika Serikat

Unlock the Future of Learning event at the Ford Foundation in New York, Monday, Sept. 19, 2022. (Photo/Stuart Ramson/United Nations Foundation)

Mahasiswa Jentera, Gregorius Yoseph Laba, terpilih menjadi delegasi pada agenda Transforming Education Summit (TES) 2022 pada 16-21 September 2022 di New York, Amerika Serikat. TES 2022 merupakan salah satu agenda Sidang Umum PBB ke-77, sebagai inisiatif guna merencanakan aksi dan memberikan solusi terhadap tantangan di dunia pendidikan secara global. Agenda tersebut melibatkan stakeholder pendidikan global meliputi kementerian pendidikan negara-negara anggota PBB, organisasi masyarakat sipil internasional, dan perwakilan pemuda.

Sebelumnya, Yoris terpilih sebagai satu dari dua perwakilan Indonesia, dari total 375 pendaftar untuk bergabung dalam Global Youth Panel for Education in Emergencies (Youth4EiE). Panelis global ini diinisiasi oleh organisasi Education Cannot Wait yang bekerja sama dengan Plan International Inggris yang melibatkan 16 anggota dari 8 negara pilot project yakni Indonesia, Mali, Malawi, Lebanon, Zimbabwa, Inggris, Ekuador, dan Amerika Serikat. Setelah mengikuti serangkaian pengembangan kapasitas bertema “Education in Emergencies”, Yoris terpilih bersama empat panelis Yout4EiE untuk berpartisipsi dalam TES 2022 di New York, Amerika Serikat.

Dalam rangkaian agenda TES 2022, Yoris sempat menjadi pemateri dalam forum Unlock the Future of Learning Festival dengan tema “Education for Climate Justice” yang diinisiasi oleh United Nations Foundation. Pada kesempatan tersebut, Yoris menyampaikan tantangan dan peluang pendidikan darurat di Indonesia pada situasi bencana alam, bencana iklim, dan pandemi Covid-19. Beberapa contoh pelaksanaan pendidikan darurat yang dipaparkan Yoris antara lain pendidikan darurat sebagai respon atas bencana alam gempa bumi Lombok pada Juli 2018, bencana tsunami dan gempa bumi Palu, Donggala, dan Sigi pada September 2018, bencana banjir dan tanah longsor akibat Siklon Seroja di Nusa Tenggara Timur pada April 202, bencana letusan Gunung Semeru pada Desember 2021, dan pendidikan darurat di masa pandemi Covid-19.

Guna merespon situasi bencana, Yoris kemudian memaparkan empat langkah agar pendidikan tetap dapat terselenggara meski dalam kondisi yang tidak maksimal. Pertama, diperlukan peningkatan kesadaran tentang penyelenggaraan yang sesuai usia dan peka gender selama darurat bencana terjadi. Selanjutnya, Yori mengingatkan agar pelaku dunia pendidikan menyesuaikan langkah dengan pedoman nasional kegiatan belajar mengajar pada situasi darurat bencana. Ketiga, diperlukan peningkatan kapasitan pendidik dan relawan agar tetap adaptif dalam penyelenggaraan pendidikan darurat di masa bencana. Dan terakhir, pendanaan global untuk pendidikan pada situasi darurat harus menjadi hal yang diprioritaskan.

Selain itu, Yoris juga tergabung dalam Global Feminist Coalition fo Gender Transformative Education yang diinisiasi oleh United Nations Girls Education Initiative (UNGEI). Pada kesempatan tersebut, Yoris bersama kelompok regional Asia Tenggara dan Asia Pasifik berkesempatan untuk mempresentasikan hasil kajian bertajuk “Situation Analysis Children and Adolesence Education Before and After Pandemic” yang telah disusun sejak Agustus 2022 dan grup isu tematik bertema “Humanitarian and Protractes Crises”.