preloader

Siaran Pers Penerimaan Mahasiswa Baru 2016

“Penerimaan Mahasiswa Baru dan Pembukaan Tahun Akademik 2016/2017 Sekolah Tinggi Hukum Indonesia Jentera: Kampus Perubahan, Kampus yang Kita Butuhkan”

 
Kampus perlu menumbuhkan bentuk keterlibatan sosial yang dapat menjadi cikal bakal terjadinya gerakan perubahan. Kampus harus memberi kontribusi kreatif pada penyelesaian masalah-masalah sosial. Demikian disampaikan oleh Imam B. Prasodjo, Ph.D., dalam orasi ilmiahnya berjudul “Kampus Perubahan, Kampus yang Kita Butuhkan”. Orasi Ilmiah ini disampaikan Imam dalam acara sidang terbuka penerimaan mahasiswa baru dan pembukaan tahun akademik 2016/2017 Sekolah Tinggi Hukum (STH) Indonesia Jentera di Kampus STH Indonesia Jentera, di Puri Imperium, Jakarta Selatan, Senin (29/8).
 
Keterlibatan sosial tersebut dapat dikelompokkan menjadi: pertama, bentuk keterlibatan untuk pemenuhan pelayanan sosial (social service provision). Kedua, aktivisme sosial-politik (social-politic activism) melalui berbagai kegiatan advokasi. Ketiga, kewirausahaan sosial (social enterpreneurship) melalui program-program sosial inovatif. Ketiga bentuk keterlibatan sosial itu, terutama bentuk kedua dan ketiga, harus dibangun dan dikembangkan secara bersamaan dalam kampus agar segenap sivitas akademika dapat berlatih melakukan beragam aktivitas yang mampu mendorong perubahan. Ia berharap STH Indonesia Jentera menjadi bagian terdepan dalam mempelopori terwujudnya kampus sebagai motor perubahan.
 
Kampus perubahan adalah kampus yang dapat menjadi tempat bersemainya kader-kader intelektual yang memiliki komitmen kuat, penuh keikhlasan hati, dan tanpa ragu bersedia terjun langsung di tengah masyarakat.
 
Kebutuhan akan kampus perubahan semakin kita rasakan pada saat kita terancam oleh beragam krisis multidimensional yang dapat membawa negeri kita dalam situasi darurat kompleks (complex emergencies). Kita butuh evaluasi menyeluruh dengan cara menyelenggarakan proses pendidikan di kampus. Kita butuh pola-pola pembelajaran yang lebih dinamis, yang mampu mendorong keterlibatan sosial (social engagement) semua sivitas akademika.
 
Pada penerimaan mahasiswa kali ini, Jentera menerima 19 (sembilan belas) orang mahasiswa. Seleksi dilakukan melalui 3 (tiga) tahapan, yaitu administrasi, tertulis, dan wawancara—baik secara offline maupun online.
 
Mulki Shader, Ketua Panitia Penerimaan Mahasiswa Baru, menyatakan seleksi tersebut berhasil menjaring 143 orang pendaftar melalui 4 (empat) jalur penerimaan, yaitu jalur umum, beasiswa Jentera, beasiswa Integritas, dan beasiswa Munir. Para pendaftar itu tersebar dari 22 provinsi dan 76 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Beasiswa Jentera dan Integritas ditujukan kepada lulusan SMA/sederajat, sementara Beasiswa Munir ditujukan kepada aktivis organisasi masyarakat sipil yang telah dan memiliki potensi untuk berkontribusi kepada masyarakat pada masa yang akan datang.
 
Yunus Husein, selaku Ketua STH Indonesia Jentera, menyatakan bahwa dalam perjalanan STH Indonesia Jentera selama 2 (dua) semester, STH Indonesia Jentera selalu berusaha menerapkan nilai-nilai Jentera dalam proses belajar mengajar dan di lingkungan kampus. Dengan menerapkan nilai kolaborasi dan kontribusi, misalnya, Jentera berharap dapat menjadi ruang bertemu yang inspiratif untuk setiap gagasan dan ide, terutama terkait pembaruan hukum.
 
Nilai-nilai egaliter, kritis, dan terbuka dalam proses belajar-mengajar juga berusaha diterapkan dalam proses belajar mengajar sehari-hari. Dengan itu, STH Indonesia Jentera ingin meneguhkan diri menjadi medium tempat lahirnya para pembaru hukum di Indonesia.
  
Pada acara penerimaan mahasiswa baru dan pembukaan tahun akademik STH Indonesia Jentera 2016/2017, turut pula diluncurkan Hymne Jentera untuk pertama kalinya. Hymne itu merupakan hasil kolaborasi Cholil Mahmud (personel Efek Rumah Kaca) dan sivitas akademika STH Indonesia Jentera.
 
Turut menghadiri acara tersebut, yaitu Ketua dan Angggota Senat Akademik STH Indonesia Jentera, Dr. Yunus Husein, Prof. Erman Rajagukguk, Bivitri Susanti, Erni Setyowati, dan Inayah Assegaf. Para pendiri STH Indonesia Jentera yang hadir adalah Arief Surowidjojo, Marsilam Simanjuntak, Erry Riyana Hardjapamekas, Chandra M. Hamzah,  dan M. Haris Rum.
 
Selain itu, tampak pula beberapa tamu undangan, seperti Luhut M. Pangaribuan (Ketua Umum Peradi), Sandra Hamid (Country Representative The Asia Foundation), Monica Tanuhandaru (Direktur Eksekutif Kemitraan), Haris Azhar (Koordinator KontraS), M. Abduh Aziz (Direktur Pusat Film Negara), Gregory Churchill (pakar hukum), Usman Hamid (aktivis hak asasi manusia), Fransisca Fitri (Direktur Yappika), dan Marco Kusumawijaya (pakar perkotaan).
 

 

Gallery slideGallery slideGallery slideGallery slideGallery slide